1. Apa itu Flu Burung?
Flu burung atau Avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas
back to top
2. Apakah flu burung sudah sampai Indonesia?
Flu burung pertama kali di laporkan di Indonesia pada bulan Agustus 2003. Sampai awal Desember 2006, virus ini sudah dilaporkan di 30 propinsi di Indonsia.
back to top
3. I have domestic birds. How would I know if my domestic birds have
bird flu?
Website Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) menyediakan informasi bagaimana mendeteksi apakah burung atau unggas tertular flu burung. Dapat juga dengan melihat website Departemen Pertanian mengenai informasi umum flu burung secara umum ( http://www.deptan.go.id/ ) atau di website Directorate Kesehatan Hewan Departemen Pertanian di ( http://keswan.ditjennak.go.id/ )
back to top
4. Saya memiliki burung peliharaan. Bagaimana saya tahu apakah burung peliharaan saya tertular flu burung?
Iya, manusia dapat tertular flu burung. Akan tetapi perlu diingat bahwa saat ini penyakit ini pada manusia masih sangat jarang.
back to top
5. Beberapa lama masa inkubasi virus flu burung?
Masa inkubasi virus flu burung adalah 2-10 hari setelah terpapar. Akan tetapi, sebagian besar kasus menunjukkan gejala setelah 3-5 hari setelah terpapar oleh virus tersebut..
back to top
6. Apakah gejala-gejala flu burung?
Gejala-gejala awal flu burung seringkali sama dengan influenza musiman manusia (batuk, sakit tenggorokan, demam tinggi, sakit kepala, sakit otot, etc). Penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia dimana mungkin akan terjadi, kekurangan angin, susah bernafas dan gagal pernafasan.
back to top
7. Apa yang harus saya lakukan apabila saya merasa tertular flu burung?
Apabila anda merasa telah terpapar dengan flu burung dan anda mulai menunjukkan gejala-gejala menyerupai influenza, segeralah cari perhatian medis.
back to top
8. Bagaimana virus ini tertular kepada manusia?
Virus ini dapat ditemukan dalam feces dan sekresi pernafasan burung dan unggaas. Sebagiam besar kasus manusia tertular akibat kontak langsung dari burung/unggas yang sakit, walaupun kontaminasi lingkungan oleh virus tersebut dapat juga sebagai sumber penularan..
back to top
9. Apakah ada obat untuk flu burung?
Selain perawatan medis intensif, Oseltamivir (teregistrasi sebagai Tamiflu) merupakan obat anti-viral utama untuk flu burung. Tamiflu akan efektif apabila diberikan pada tahap awal perkembangan penyakit flu burung. Tamiflu di Indonesia tersedia di semua Rumah Sakit Rujukan Flu Burung (lihat dafter Rumah Sakit Rujukan Flu burung ).
back to top
10. Apakah terdapat vaksin untuk virus Flu Burung?
Saat ini belum terdapat vaksin manusia untuk flu burung. Para peneliti sedang mengamati perkembangan situasi dengan seksama untuk memstikan apabila virus berubah menjadi lebih menular kepada manusia mereka dapat mengembangkan vaksin yang khusus untuk mutasi virus baru tersebut.
back to top
11. Apa yang dapat kami perbuat untuk pencegahan flu burung di lingkungan rumah?
- Menjaga kebersihan lingkungan (khususnya kadang unggas dan burung).
- Menjaga kebersihan diri (cuci tangan dengan sabun)
- Menjauhkan kandang unggas dan burung (ayam, itik dan burung) dari rumah/tempat tinggal.
- Gunakan penutup hidung dan sarung tangan bila akan mengolah tanaman dengan pupuk kandang.
- Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll.) sembarangan, bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah.
- Bersihkan makanan ternak/burung yang terccer di tanah/lantai, agar tidak mengundang burung liar datang.
back to top
12. Bagaimana kami menjaga diri sendiri dari penularan flu-burung?
- Rajin cuci tangan dengan sapun atau cairan antiseptiksetelah menangani unggas/burung.
- Bersihlah permukaan dengan detergen, cairan alkohol (70%) atau pemutih/khlorin (0.5%).
- Gunaknlah penutup mulut dan hidung, sarung tangan, dan sepatu boot apabila memasuki daerah yang telah terjangkiti atau sedang terjangkit virus flu burung.
- Amati dengan teliti kesehatan anda apabila telah melakukan kontak dengan unggas/burung. Segeralah cari perhatian medis apabila timbul gejala-gejala demam, infeksi mata, dan/atau kesulitan bernafas.
Juga
- Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun dan laporkan ke kepala desa.
- Cuci pakai sabun tangan dan juga peralatan masak Anda sebelum makan atau memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
- Pisahkan unggas dari manusia. Dan juga pisahkan unggas baru dari unggas lama selama dua minggu.
- Periksakan ke puskesmas jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.
back to top
13. Pekerjaan apa saja yang berisiko terserang infeksi flu burung?
- Peternak ayam/burung/unggas lainnya.
- Pemotong ayam/burung/unggas lainnya.
- Penjual produk-produk ayam/burung/unggas (daging, telur, dst.)
- Pemelihara ayam/burung/unggas lainnya
- Petugas laboratorium yang meneliti/memeriksa penyakit flu burung
- Orang-orang yang tinggal di daerah dimana terdapat kematian unggas/burung secara tiba-tiba yang mencirikan infeksi flu burung
- Orang-orang yang telah melakukan kontak dekat, secara langsung dan tanpa perlindungan dengan kasus manusia yang telah terkonfirmasi tertular flu burung
14. Apakah aman untuk memakan daging ayam dan produk unggas/burung lainnya?
Iya, aman untuk memakan produk-produk unggas apabila telah dimasak secara matang (goreng, rebus atau panggang). Jangan memakan daging unggas/bird yang masih berwarna merah muda atau telur setengah matang.
back to top
Pada kasus yang langka, penyakit ini juga dapat menyebar pada manusia. Kasus infeksi virus H5N1 pada manusia yang pertama kali tercatat, terjadi di Hong Kong pada tahun 1997, ketika virus H5N1 yang menyebabkan penyakit pernafasan sangat berat tersebut menyerang 18 orang, 6 di antaranya meninggal. Virus ini kemudian dapat dikendalikan dan kasus infeksi pada manusia lenyap tanpa dapat terdeteksi selama beberapa tahun, sampai timbul kembali di Asia pada tahun 2003. Sejak saat itu, virus tersebut kembali terdeteksi di banyak negara serta menyebabkan penyakit bahkan tingginya tingkat kematian pada jutaan unggas. Lebih dari 140 orang meninggal karena penyakit ini. Kasus pertama pada unggas di Indonesia diidentifikasikan di dua kabupaten yaitu Pekalongan dan Tangerang pada bulan Agustus 2003, sementara kasus pertama pada manusia terjadi di Kabupaten Tangerang pada bulan Juli 2005.
Saat ini virus H5N1 tidak mudah menyebar dari unggas ke manusia, atau dari manusia ke manusia. Akan tetapi, kejadian yang terus berulang oleh virus H5N1 pada unggas dan manusia meningkatkan kemungkinan terjadinya virus baru yang dapat menular dari manusia ke manusia, yang berpotensi memicu pandemi di seluruh dunia. Pemerintah Indonesia, World Health Organizaton (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan badan internasional lainnya serta mitra lokal bekerja sama untuk mengendalikan virus H5N1 dan mencegah pandemi pada manusia.
GEJALA KLINIS - Manusia
Gejala-gejala awal flu burung seringkali sama dengan influenza musiman manusia (batuk, sakit tenggorokan, demam tinggi, sakit kepala, sakit otot, etc). Penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia dimana mungkin akan terjadi, kekurangan angin, susah bernafas dan gagal pernafasan. Apabila anda merasa telah terpapar dengan flu burung dan anda mulai menunjukkan gejala-gejala menyerupai influenza, segeralah cari perhatian medis. Sumber: WHO
Gejala Klinis – Burung
Gejala klinis (Tanda-tanda kesehatan) penyakit ini sangat beragam dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat keganasan (virulensi) virus yang menginfeksi, spesies yang tertular, umur, jenis kelamin, penyakit lain yang menyertainya dan lingkungan.
Pada tipe (jenis ) AI yang virulen (sangat patogen) yang biasanya dikaitkan dengan “fowl plaque’ (sampar unggas), penyakitnya muncul secara tiba-tiba pada sekelompok unggas dan mengakibatkan banyak unggas mati baik tanpa disertai oleh adanya tanda-tanda awal atau hanya ditandai oleh gejala klinis yang minimal seperti depresi, kurang selera makan (hilangnya nafsu makan), bulu kusam dan berdiri serta demam. Unggas lainnya terlihat lemas dan berjalan sempoyongan. Ayam betina mula-mula akan menghasilkan telur dengan cangkang (kulit telur) lunak, namun kemudian akan segera berhenti bertelur. Unggas yang sakit seringkali terlihat duduk atau berdiri dalam keadaan hampir tidak sadarkan diri dengan kepala menyentuh tanah. Jengger dan pialnya terlihat berwarna biru gelap (cyanotic) dan bengkak (oedematous) serta mungkin menunjukkan adanya bintik-bintik pendarahan di ujungnya. Diare cair yang parah seringkali terjadi dan unggas terlihat sangat haus. Pernapasan terlihat berat (sesak napas). Bintik-bintik perdarahan sering ditemukan pada kulit yang tidak ditumbuhi bulu. Tingkat kematiannya berkisar antara 50 sampai 100%.
Pada ayam potong, gejala penyakitnya seringkali tidak begitu jelas, yang mula-mula ditandai oleh depresi parah, berkurangnya nafsu makan, dan peningkatan jumlah kematian yang nyata. Kebengkakan (oedema) pada wajah dan leher serta berbagai gejala gangguan saraf seperti leher berputar (torticollis) dan gerakan yang tidak terkoordinasi (ataxia) juga mungkin terlihat. Gejala yang tampak pada kalkun mirip dengan gejala yang terlihat pada ayam petelur, namun penyakitnya berlangsung 2 atau 3 hari lebih lama dan kadang-kadang disertai oleh pembengkakan pada sinus hidung. Pada itik peliharaan dan angsa gejala depresi, kurang nafsu makan dan diarenya mirip dengan gejala pada ayam petelur meskipun seringkali disertai dengan pembengkakan pada sinus hidung. Unggas-unggas muda bisa menunjukkan gejala-gejala gangguan saraf
Source: FAO
Untuk keterangan lebih lanjut tentang virus H5N1 dan usaha mengendalikan penyakit tersebut, silakan kunjungi situs-situs internet berikut:
sumber : WHO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar